Ujian Dari Allah adalah Tanda Kasih Sayang-Nya


Bismillahirrahmanirrahim..

Ujian adalah guru yang tidak berbicara, tetapi ia sangat mengajar dan mendidik. Ujian terkecil apalagi terbesar adalah takdir Allah, yang mempunyai maksud tertantu. Karena jahilnya kita apabila ditimpa ujian secara langsung dari Allah atau melalui orang lain, terkadang kita mulai memiliki sifat su'udzan. "Terasa Allah tidak adil, sengaja hendak menyusahkan kita". Atau kita menyalahkan orang yang mendatangkan ujian tersebut. Hati memiliki dendam, terlebih lagi buruk sangka pada Allah yang mendatangkan ujian itu... naudzubillah 

Allah Maha Pengasih. Allah tidak akan mentakdirkan ujian hanya untuk menyusahkan hamba-Nya. "Karna sesungguhnya Allah lebih Maha Mengetahui daripada semua makhluknya". Marilah kita sama-sama mengcungkil hikmah di sebalik ujian yang ditimpakan. Ujian sebenarnya melatih kita untuk mendapatkan sifat-sifat yang terpuji. sabar, redha, tawakkal, baik sangka, mengakui diri sebagai hamba yang lemah, mendekatkan diri dengan Allah, mengharapkan pertolongan Allah, merasai dunia hanya nikmat sementara dan sebagainya. Berasa diri berdosa adalah juga sifat terpuji. Sebab itu bagi orang yang sudah banyak melakukan dosa atau lalai daripada mengingat Allah, maka Allah datangkan ujian kesusahan kepadanya. Supaya hamba-Nya tadi tidak tenggelam dalam dosa dan noda. Kadangkala Allah dedahkan dosa yang dilakukan hingga banyak orang yang tahu. Bukan untuk membuatnya merasa Hina, tetapi untuk memberi ingatan supaya kita bertaubat. Dan tidak meneruskan perbuatan dosa itu sehingga Ujian juga bermaksud qisas (pembalasan) ke atas dosa-dosa kita. Setiap perbuatan dosa pasti dihukum, adapun di dunia atau di akhirat (kecuali kita telah bertaubat sungguh-sungguh sehingga Allah mengampunkan dosa itu). 


Bagi orang-orang yang Allah berikan cobaan di dunia, Yakni dengan di datangkan kesusahan, penderitaan, kesakitan, kemiskinan, kehilangan pengaruh dan sebagainya, sekiranya kita harus bersabar dan redha, maka itulah ganjaran pahala untuk kita. Sebaliknya jika kita tidak dapat bersabar dan tidak redha, malah merungut-rungut, mengeluh dan memberontak, hanya akan menambahkan dosa kita. Begitulah Allah Yang Maha Pengasih kepada hamba-hambaNya, tidak mau hukum kita di akhirat, karena penderitaan di neraka berpuluh-puluh kali lipat lebih dahsyat daripada penderitaan di dunia. Sekiranya kita telah dihukum di dunia, kita patut bersyukur kerana apabila kembali ke akhirat, kita telah bersih daripada dosa. 

Adakalanya, kita ditimpakan kesempitan hidup. Sengaja Allah takdirkan sedemikian karana Allah sayang pada kita. Allah hendak melatih kita menjadi orang yang bersabar dan redha dengan takdir-Nya. Mungkin kita akan sombong dan bakhil kalau dikurniakan harta melimpah ruah, maka Allah mendidik kita dengan kemiskinan. 

Apabila kita diuji dengan kesakitan, Allah mau memberitahu kita bahwa begitulah susah dan menderitanya orang yang sedang sakit. Semoga kita menjadi orang yang berempati, menjenguk dan membantu mereka yang sedang sakit. Orang yang sedang sakit, hatinya mudah terusik. Barangsiapa yang datang dan memberi nasihat, InsyaAllah mudah 
diterimanya.
Lalu bagaimana jika kita diuji dengan kematian orang yang paling kita sayangi??. Ujian ini sangaja didatangkan agar kita merasa bahwa kita itu lemah, tidak  kuasa untuk menolak ketentuan Allah. Akan tertanamlah rasa kehambaan di dalam hati, sekaligus membuang rasa bangga diri. Begitulah, sebenarnya Allah ingin kita selalu mengingatnya. Agar dengan ujian itu, kita sebagai hamba akan datang untuk mengadu, mengharap, dan sentiasa merasakan hanya Allah tempat meminta segala-galanya. 


Ujian juga untuk menilai sejauh mana keyakinan kita kepada Allah. Semakin diuji sepatutnya semakin bertambah iman kita, dan semakin dekat kita dengan Allah. 

Firman Allah dalam surah Al Imran; 142 yang artiya:
     “Apakah kamu mengira bahawa kamu akan masuk syurga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu dan belum nyata orang-orang yang bersabar.” 

Firman Allah dalam Surah Az Zumar;10 yang artinya: 
     “Sesungguhnya diberi ganjaran orang sabar dengan pahala tanpa hisab.” 

Allah takdirkan ujian demi ujian untuk memberi peluang kepada kita mendapatkan pahala sabar. Barangsiapa yang sabar dan redha tanpa mengeluh, merungut atau memberontak maka syurgalah balasan bagi mereka. Maka dari itu, apa salahnya Allah menguji kita karena hendak menyelamatkan kita di akhirat kelak??
 Berbeda halnya dengan ujian yang ditimpakan ke atas para Rasul, para nabi, wali-wali dan kekasih-kekasih Allah. Ujian ke atas mereka bermaksud untuk meninggikan darajat dan kedudukan mereka di sisi Allah. Sebab itu ujian yang mereka hadapi sungguh berat. Tatkala Rasulullah berdakwah ke Taif, masyarakat Taif tidak hanya tidak menerima dakwah baginda, tetapi malah mencaci, menghina dan melempari baginda dengan batu dan najis. Para malaikat menawarkan diri untuk menghapuskan orang-orang yang berlaku durjana kepada baginda. Tetapi dengan tenang, baginda menjawab:    

“Biarkan mereka, jangan diapa-apakan mereka, kerana mereka tidak tahu, mereka masih jahil.” 

Demikianlah, orang-orang yang tinggi taqwa dan keimanannya, tidak mengeluh apabila diuji. Berbeda dengan golongan orang awam seperti kita, apabila diuji kita mudah berburuk sangka dengan Allah dan berdendam hati dengan orang yang mendatangkan ujian kepada kita. Bukanlah orang itu yang hendak menyusahkan kita, melainkan Allah yang hendak menguji kita menggunakan orang itu sebagai perantaraan.…. 

Mari kita lihat perumpamaannya. Katakanlah suatu ketika seorang Guru besar mengarahkan ketua murid untuk menghukum seorang murid yang melanggar disiplin sekolah. Apa reaksi murid yang dihukum itu? Kalau dia seorang yang insaf dan tahu diri, maka ia segera berfikir akan kesalahan yang dilakukannya, dan mungkin dia berniat untuk tidak mengulanginya lagi. Itulah murid yang cerdik, dia sadar hikmah di sebalik hukumanya. 
Tetapi bagi murid yang tidak mau berfikir, mungkin ia malah tidak mau mengakui kesalahannya, dan dia berdendam pula kepada ketua murid atau guru besar yang menghukumnya. 
Mengapa harus berdendam hati?? Ketua murid hanya menjalankan tugas, dan Guru besar menjalankan keadilan. Bila yang bersalah tidak dihukum, maka tidak ada jaminan bagi dia untuk tidak mengulangi kesalahannya. Untuk itu, murid yang bersalah sudah layaknya untuk dihukum. 
Begitulah halnya dengan Allah yang Maha Pengasih. Berbagai cara Allah gunakan untuk mendidik kita.  

Diberikan-Nya ujian demi ujian sebagai peringatan kepada kita. Tetapi sedikit sekali yang mencari hikmah dan mengambil iktibar daripada ujian yang ditimpakan. Tetapi malah ujian tersebut membuat kita bertambah jauh dari Allah, mengeluh dan menyesali takdir Allah. Na'udzubillahimin dzalik....
 Marilah kita menyadari akan kesalahan kita selama ini. Terimalah segala ujian yang besar maupun yang kecil sebagai satu didikan dari Allah. Dan ingatlah, andai kata kita diuji, kita masih wajib bersyukur kerana masih ada tak terhitung jenis nikmat lain yang Allah kurniakan kepada kita!  

Jadi mengapa mesti merungut ketika diuji?



sumber: http//:facebook.com/sahabat cahaya 
*edited: ionecannon.blogspot.com

0 comments :

Post a Comment

Cancel Reply